Selasa, 30 Mei 2017

KARAKTERISTIK PENERAPAN KONSTITUSI ISLAM ERA MODERN (Ejakulasi Tanpa Orgasme)



KARAKTERISTIK PENERAPAN KONSTITUSI ISLAM ERA MODERN
(Ejakulasi Tanpa Orgasme)

Oleh: Nanda Irwansyah


Sejarah umat manusia telah menyaksikan kebangkitan dan keruntuhan kerajaan-kerajaan yang luas berikut kebudayaannya masing-masing. Barangkali tak ada kebangkitan yang lebih mempesonakan selain kebangkitan peradaban Islam, baik lantaran cepatnya meluas maupun lantaran perkembangan warisan budayanya yang kaya itu. Peradaban Islam menampilkan sistem yang cocok, sikap pandang yang mendunia dan pandangan hidup yang memberi arti dan arah hidup kepada pemeluk-pemeluk Islam selama dua belas abad lamanya. Namun pada zaman modern  (abad 19 dan 20) agama Islam tampaknya menghadapi tantangan-tantangan yang paling berat, baik di bidang politik maupun bidang ideologik. Pokok permasalahannya adalah, apakah Islam mampu
memenuhi kebutuhan kehidupan modern di bidang politik, sosial dan ekonomi.
            Gerakan pembaharuan Islam pada zaman baru (modern) sering dilukiskan secara sederhana sekali sebagai reaksi dan respon terhadap imperialisme Barat, yakni dominasi politik dan kebudayaan oleh kekuasaan kolonial pihak eropa. Walau bagaimana pun, akar gerakan pembaharuan itu berpangkal pada dua sumber, yakni sumber Islam dan sumber Barat. Guna memahamkan politik Islam pada abad ke19 dan 20 memerlukan pemahaman tentang watak dan warisan (revivalisme)[1] yang berbicara tentang kelemahan masyarakat Islam di sebelah dalam dan pula pemahaman tentang gerakan pembaharuan Islam yang memberikan tanggapan terhadap tantangan kolonialisme Barat.
            Periode modern yang berlangsung sejak abad ke 19 (kolonialisme) hingga sekarang. Periode modern ditandai kolonialisme yang melanda negeri-negeri muslim. Ada tiga hal yang melatarbelakangi pemikiran Islam modern. Pertama kemunduran dan kerapuhan dunia Islam yang disebabkan oleh faktor-faktor internal dan yang berakibat munculnya gerakan-gerakan pembaharuan dan pemurnian. Kedua rongrongan Barat terhadap keutuhan kekuasaan politik dan wilayah dunia Islam yang berakhir dengan dominasi atau penjajahan oleh Negara-negara Barat atas sebagian besar wilayah dunia Islam dan berkembangnya di kalangan umat Islam semangat permusuhan dan sikap anti Barat. Ketiga keunggulan Barat dalam bidang ilmu, teknologi dan organisasi.
Pembaharuan Islam timbul dalam periode sejarah Islam yang disebut modern dan mempunyai tujuan untuk membawa umat Islam kepada kemajuan. Sebelum masuk ke dalam pokok masalah, ada baiknya diuraikan terlebih dahulu sejarah Islam secara ringkas, bukan hanya untuk mengetahui waktu mulanya periode modern itu tetapi juga untuk mellihat perkembangan maju mundurnya umat Islam yang terjadi dalam sejarah.
Harun Nasution (1975: 5) Periode klasik merupakan zaman kemajuan dan dibagi menjadi dua fase. Pertama fase ekspansi, integrasi dan puncak kemajuan. Di zaman inilah daerah Islam meluas melalui Afrika Utara sampai ke Spanyol di Barat dan melalui Persia sampai ke India di Timur. Kedua fase disintegrasi, di masa ini keutuhan umat Islam dalam bidang politik mulai pecah, kekuasaan khalifah menurun dan akhirnya Baghdad dapat dirampas dan dihancurkan oleh Hulagu tahun 1258 M. Khalifah sebagai lambang kesatuan politik umat Islam hilang. Pada periode pertengahan juga dibagi ke dalam dua fase, pertama fase kemunduran. Di zaman ini desentralisasi dan disintegrasi bertambah meningkat. Kedua fase tiga kerajaan besar yang dimulai dengan zaman kemajuan dan zaman kemunduran. Tiga kerajaan besar yang dimaksud ialah kerajaan Usmani di Turki, kerajaaan Safawi di Persia dan kerajaan Mughal di India.
Periode modern merupakan zaman kebangkitan umat Islam. Jatuhnya Mesir ke tangan Barat menginsafkan dunia Islam akan kelemahannya dan menyadarkan umat Islam bahwa di Barat telah timbul peradaban baru yang lebih tinggi dan merupakan ancaman bagi Islam. Raja-raja dan pemuka agama Islam mulai memikirkan bagaimana meningkatkan mutu dan kekuatan umat Islam kembali. Di periode modern inilah timbulnya ide-ide pembaharuan dalam Islam. Semenjak permulaan abad ke 18 banyak wilayah Islam menghadapi akibat tantangan ekonom dan militer pihak Barat yang tengah memodernisir dirinya. Pergeseran besar dalam bidang kekuasaan terjadi, yang sebagai akibat kemerosotan nasib muslim. Terjadilah hubungan yang sebaliknya antara pihak Islam dengan pihak Barat, yakni dari suatu gerakan ekspansif yang demikian meluas pada masa sebelumnya kepada posisi bertahan.
John L Esposito (1990: 210) Selama tahap masa sesudah memperoleh kemerdekaan, Negara-negara muslim yang baru muncul menghadapi tugas yang luar biasa. Bagi kebanyakannya, proses pembentukan bangsa modern masih saja mengikuti dominasi politik dan militer kolonial Barat beserta keterikatan ekonomi. Pengalaman mereka terhadap kolonial Barat sekarang ini didahului oleh masa lampau imperium Islam yang berkian abad. Bagi lapisan elit modern, warisan Islam mereka sekalipun masih berlaku dalam kehidupan kerohanian dianggap sudah tidak relevan terhadap kebutuhan dan tuntutan politik modern dan masyarakat modern. Oleh karena modernisasi dan industrialisasi berasal dari Barat, akan tetapi bangsa-bangsa Barat itu sendiri dalam masa sekian abad bergulat dengan masalah-masalah pembaharuan keagamaan dan pembentukan bangsa modern. Masalah identitas dan ideologi nasional, perkembangan lembaga pemerintahan dan hukum tetap berkelanjutan, andaipun belum sepenuhnya memadami. Sebab berlangsung ketegangan-ketegangan rasionalisme sehabis masa pencerahan beserta revolusi industri, maka perubahan berkelanjutan dalam konteks sejarah dan tradisi barat. Jalan sekuler yang ditempuh oleh Attaturk dan jalan “Islam” yang ditempuh Saudi Arabia memberikan pola penyelesaian, yang dipaksakan dari atas oleh penguasa otokrat. Bagi kebanyakan wilayah muslim lainnya seumpama Mesir, Syria, Pakistan atau Oman, bagan-bagan kolonial yang diwarisi dilanjutkan dan disisipi dengan perubahan-perubahan yang sesuai dengan kebutuhan Negara ataupun sesuai dengan rujukan-rujukan dari para penguasanya.
Mereka berhutang budi amat berat sekali terhadap model-model pihak Barat, Islam hanya memainkan sikap selektif dalam hal yang dipandang perlu dan berguna. Walau bagaimanapun, organisasi-organisasi Islam seumpama Ikhwanul Muslimin dan Jama’at Islami bersikap mengutuk kegagalan Negara-negara modern dalam dunia Islam disebabkan mencari ilham dari Barat dan gagal menyadari akar identitasnya berserta perkembangan sosio-politik secara langsung dalam Islam.
Setelah memahami dinamika dan perdebatan dalam pemikiran Islam (baik yang fundamentalis, modernis (neo-)modernis, liberal maupun tradisionalis), pada akhirnya saya berkesimpulan bahwa. Pertama apa yang dipikirkan secara teoritis dan bertakik-takik oleh para tokoh dan intelektual muslim ternyata kosong belaka, dalam arti tidak ada isinya, selain hanya abang-abang lambe atau lipstick. Sekali dilumat oleh mulut atau arus pemikiran lain, maka pemikiran Islam menghilang tak berbekas. Hal yang wajar jika saya mengatakan hukum Islam atau pemerintahan Islam (di Negara mayoritas muslim) konstitusinya hanya sebatas “ejakulasi” “tanpa orgasme”.
Kedua. Pemikiran Islam itu (baik yang fundamentalis, modernis, (neo-)modernis, liberal maupun tradisionalis) sejak dari asumsi dasarnya memang tidak diniatkan untuk kepentingan umat di kalangan bawah. Pemikiran Islam hanyalah komoditi yang dengannya elit agama (ulama zahir) mencari dan memperebutkan status, pengaruh, kekuasaan dan kenikmatan dunia yang lain. Karena menjadi barang komoditi, ia akan hadir dan menghilang sesuai dengan trend yang ada, dimana trend  itu sendiri merupakan sesuatu yang tidak ditentukan oleh mereka sendiri.
Ketiga. Dengan dua kecendrungan seperti itu, maka dengan sendirinya pemikiran Islam itu sudah mengandung bias, ironi dan paradoks sejak lahir yang justru mengabadikan status penafsir agama kelas elit dan pada saat yang sama melanggengkan status umat bawah sebagai kelas rendahan yang harus tunduk pada elit.



[1]Revival, ikhtiar menghidupkan kembali perasaan keagamaan, kebangkitan, reform, ikhtiar memberikan bentuk baru kembali. Pembaharuan pendukung kedua gerakan itu di panggil revival atau reformis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar