Minum” dalam filsafat pertama-tama akan membawa
kita pada perenungan akan eksistensi manusia, sebagai makhluk yang bertubuh.
Eksistensi itu sendiri sesungguhnya tidak bisa ditetapkan dengan keberadaan
tubuh. Hanya saja tanpa tubuh, manusia tidak akan pernah mengalami situasi
aktual sebagai diri.”Kau”, begitu kata seorang guru, tentu saja bukan tubuhmu.
Karena tubuh hanya bagian dari sesuatu yang membentuk sebuah kedirian. Artinya
kedirian manusia sesungguhnya selalu mengatasi batasan tubuh. Hanya saja
pelampauan tersebut bukan berarti menegasikan tubuh, sebaliknya
mengintegrasikan tubuh ke dalam kesadaran diri yang sepenuhnya tidak kendalikan
oleh hukum tubuh.
Minum adalah hukum tubuh. Sebab kebertubuhan itulah manusia
menjadi membutuhkan minum. Tanpa tubuh manusia tidak membutuhkan apapun. Tanpa tubuh, manusia menjadi ideal serta lepas dari berbagai keterikatan dan tidak aktual. Sebaliknya sebab bertubuh, manusia menjadi aktual, meski bersamaan dengan itu ia menjadi terbatas, rapuh serta penuh dengan keterikatan terhadap banyak hal, termasuk salah satunya pada minum.
menjadi membutuhkan minum. Tanpa tubuh manusia tidak membutuhkan apapun. Tanpa tubuh, manusia menjadi ideal serta lepas dari berbagai keterikatan dan tidak aktual. Sebaliknya sebab bertubuh, manusia menjadi aktual, meski bersamaan dengan itu ia menjadi terbatas, rapuh serta penuh dengan keterikatan terhadap banyak hal, termasuk salah satunya pada minum.
Hingga di sini, minum yang pada mulanya bukan sesuatu apapun, pada akhirnya
menjadi sesuatu hal yang begitu penting, bahkan tak tergantikan oleh apa pun,
manakala aktualitas eksistensi manusia hanya dimungkinkan dalam kebertubuhan.
Seseorang, sebab sesuatu hal, mungkin bisa mengalami pencerahan kesadaran yang
luar biasa, hingga ia bisa memahami dan menjelaskan seluruh eksistensi
benda-benda yang ada di muka bumi ini.Akan tetapi tetap saja proses pencerahan
itu bukan pengalaman nirtubuh, sebaliknya selalu menjadi pengalaman yang hadir
dalam pelibatan diri sebagai tubuh. Maka dari itu, saat Sokrates mengatakan
bahwa hidup yang tidak direfleksikan dan tidak terpahami, tidak layak untuk
dijalani, sesungguhnya adalah sebuah ungkapan yang mengajarkan pada kita agar
memahami sisi kedirian kita,yang ternyata kerap begitu tersandarkan pada
aspek-aspek yang bersifat kebertubuhan.
Di sini memahami hidup berarti memahami sisi kebertubuhannya diri dengan benar,
termasuk dalam persoalan minum. Pada mulanya minum memang sebuah keniscayaan
dalam mengada, akan tetapi ketika eksistensi itu sendiri ternyata dituntut
mesti mengatasi tubuh, maka manusia harus melampaui keberminuman tubuhnya
menuju keberminuman diri. Manusia memang hidup dalam hukum-hukum tubuh, dan
selalu terikat dengan sifat-sifat tubuhnya. Akan tetapi dalam hidup itu
sendiri, manusia tidak boleh dikuasai tubuhnya. Manusia harus mampu menguasai
dan mengendalikan tubuhnya. Konsep ini bersifat etis, sebab dalam
kebertubuhannya, manusia tidak lagi dimiliki tubuhnya sebaliknya, secara total
ia menjadi pemilik dari tubuh itu sendiri. Dalam pengertian ini, minum bukan
lagi sebab yang mesti mengikat hidup manusia, melainkan pilihan bagaimana
manusia menjalani hidup yang dipilih dan diyakininya.
Pemikiran ini kelak Sokrates buktikan di akhir hidupnya dengan tetap bersikap
teguh menerima keputusan senat athena untuk meminum racun. Konon dalam
kisahnya, petugas penjara yang menyerahkan racun pada Sokrates tak kuasa
menahan air mata, bahkan menangis tersedu-sedu. Sementara Plato dan
teman-temannya meratapi peristiwa itu dengan sedih. Menurut Plato, Sokrates
sesungguhnya memiliki pilihan untuk lari dan menolak dari hukuman tersebut,
dengan cara memanfaatkan kolega-kolega yang ada. Akan tetapi Sokrates memiliki
cara berpikir yang berbeda dalam menyikapi hal itu. Sokrates tidak ingin lari
sedikit pun hidupnya. Ia sadar minum dalam hidup bukan sekedar mengetahui,
namun juga harus mengalaminya secara total.
Di sini, Sokrates mengatasi keterikatan dirinya akan rasa memiliki tubuh dan
hidup. Keputusan Sokrates menjadi keputusan yang sangat tepat, sebab jika ia
lari, maka semua yang hal yang ia yakini tidak akan memiliki nilai dan makna
apapun, selain sebuah wacana. Sokrates cukup memahami betapa ia mesti berpihak
pada keberminuman diri, dan bukan pada keberminuman tubuhnya. Jika Sokrates
memihak keberminuman tubuh sokrates tentu tidak akan mau menjalani hukuman
tersebut.
Kisah minum dan kematian sokrates menjadi kisah keberminuman yang tragis dan
begitu ironi. Namun demikian dibalik sisi tragisnya, Sokrates telah menjadi
contoh, bahwa minum bukan pekerjaan sederhana melainkan pekerjaan yang sangat
berat, karena keberminuman diri tidak sekedar membutuhkan nalar, akan tetapi
laku hidup yang total dan sepenuhnya. Sokrates adalah sejarah bagaimana sebuah
keberminuman menjadi sesuatu yang agung dan abadi.
Jika pada saat itu Sokrates memutuskan tidak memilih minum, maka saat ini kita
tidak akan pernah mengerti pemikirannya. Plato, sang murid setia, tentu tidak
akan pernah menulis apoligia. Dan jika itu terjadi Sokrates akan menjadi nama
yang asing serta yang tidak pernah dibaca oleh siapapun. Namun demikian
Sokrates berhasil membuat keputusan yang tepat. Meski ia tahu keputusan itu
membuatnya mati, akan tetapi itu kematian itu jauh lebih baik dari pilihan
hidup yang ia miliki. Dengan lari ia mungkin bisa tetap hidup. Akan tetapi ia
tidak akan pernah berhasil menyelamatkan apapun, selain hanya menunda kematian
jasadnya. Dan jika itu terjadi maka ia sesungguhnya tidak memenangkan apapun.
Sebab peperangan yang ia alami bukanlah peperangan jasad melainkan peperangan
jiwa. Di mana hidup, meminta Sokrates untuk tidak sekedar berkabar namun juga
menjadi bukti dari keyakinan yang dimilikinya. Dari kisah minumnya Sokrates ini
kelak di kemudian hari, orang-orang akan tahu betapa kebenaran bukan sesuatu hal
yang hanya bisa ditelaah dan diteorisasikan. Kebenaran bukanlah soal sebanyak
apa seseorang mampu menjelaskan berbagai sesuatu hal, akan tetapi sesiap dan
seberani apa, ia mampu ikhlas dalam meminum sebuah hidup yang pedih dan
kepedihan yang hidup.
Untukmu yang seperti minuman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar